Bagaimana risikonya pacaran dengan cowok yang kelewat cerdas (highly intelligent guy)?

Bagaimana risikonya pacaran dengan cowok yang kelewat cerdas (highly intelligent guy)?
Oh hohoho, kalau punya pacar yang kelewat cerdas sih buatku pribadi memang belakangan begitu semua ya, mengingat lingkungan kerja yang memang sangat mendukung sekali untuk menggaet pacar model gini.
Yah, bagaimana tidak? Mendapatkan gebetan yang berotak encer nyatanya tidak sulit-sulit amat, terlebih jika kamu berhasil diterima magang di perusahaan konsultan yang bonafit seperti McKinsey, BCG, ataupun Accenture.

Semua karena lingkungan. Tidak terkecuali jodoh yang akan kita gandeng nanti. Dan mendapatkan pacar yang kelewat cerdas itu bukan tanpa resiko loh. So, without further ado, simak ulasannya berikut ini,

They talk too fast

Tidaklah berlebihan jika Jesse Eisenberg didapuk memerankan Mark Zuckerberg dan RDJ sebagai Sherlock. Mereka berdua ini punya satu ciri unik yang mampu membuat diri mereka terlihat cerdas di depan kamera. Apakah itu? rentetan dialog super cepet yang mereka tampilkan tanpa terdengar seperti orang yang kumur-kumur. Dan di kehidupan nyata, ya seperti itulah maunya cowok cerdas itu.

Resikonya? Ohohoho! Respon kita ketika menjawab juga nggak boleh lama sist! Kita musti berusaha masuk ke ‘frekuensi’ ngomongnya mereka. Kalau kitanya hah heh hah heh, kesulitan ‘mengimbangi’ tempo percakapan dengan mereka ya paling kamu di-thank you, next.

Attention to detail

Mereka bisa dipastikan noticed/ngeh dengan hal-hal secara mendetil terutama yang tidak menguntungkan buat dirinya.

Pernah suatu ketika dia datang telat. Janjian jam 1 tapi doski datang jam 1. 45 dengan muka cengar-cengir sementara akunya sudah berlinang air mata.

Long story short kita baikan. Rujuk. Setelah keadaan normal kembali, dia bahas lagi tuh kejadian itu. Dia bilang kalau dulu dia juga pernah nunggu aku dandan lama banget sampai 2 jam. Aku ingat waktu itu aku habis berenang di tempat gym kan jadinya lama. Lalu ketika kita ketemu, dia memang selow sih dan nggak ada gelagat marah. No drama lah pokoknya. “Tapi kenapa waktu aku yang begitu kamu marah? Kenapa satu treatment yang sama memberikan hasil yang berbeda?” begitu cecarnya.

Wah aku musti jawab gimana nih sist? Tolong culik aku sist! #codered #codered #codered

Selective hearing

Kalau diperhatikan benar, cowok cerdas itu bolot. Mereka hanya mau dengar apa yang mereka mau dengar.

Pikiran mereka segera beralih ke hal lain begitu kita misalnya bercerita tentang hal-hal yang, buat mereka, boring untuk dibahas. Tapi lucunya mereka masih mendengarkan sampai habis. Dan ini satu hal yang tidak bosan-bosannya aku tes ke pacar. Perhatikan deh muka mereka begitu kamu membahas boy band BTS sementara yang ada dipikiran mereka, “Meh, I’m listening to BTS now? This is where I’m at?” Priceless! #ngakaque

Not much of a pet

By default mereka nggak akan pernah, in a million years, nurut sama kamu sist. Never. Untuk itu kita musti menyiasatinya dengan memamerkan kelebihan atau kebisaan yang kita punya. Apapun itu. Berikan mereka semacam trial versionnya dulu. Kemudian pantau dan amati apakah mereka menyukainya atau tidak. Jika mereka menyukainya apalagi kesengsem dan ketagihan hahaha, ini berguna sebagai bargaining power kita ketika dihadapkan pada situasi kritis.

The Grammar Nazi

Nah yang terakhir ini receh sih, yaitu typo dan grammar. Kenapa sih mereka gemar sekali benerin gremer? Seakan mereka punya radar yang bisa seketika mendeteksi segala bentuk grammar dan typo. Ini aku nggak ngomong typo pas chatting aja loh.

Pernah dulu aku nulis di tissu pakai spidol kan : I head you! Lalu habis deh tuh aku dibantai, dinyinyirin. Apaan lagi I head you? Begitu. Untungnya pacarku nggak dirty minded ya nanti kalau dikiranya malah I’ll give you head kan bisa berabe tuh.

Begitulah kira-kira sist, waduh keasyikan jawab akunya, hahahahahh

Aku sudahi dulu ya sampai sini. Pada intinya, mau cowok kamu sempurna atau nggak, pertanyaan penting yang harusnya kalian jawab bersama itu adalah apakah kalian sempurna satu sama lain sebagai pasangan? Why? Because that is what intimacy is all about!

Sumber: Quora

Post a Comment

0 Comments